Tana Toraja memang menyimpan banyak sekali fakta unik sekaligus misterius seperti upacara adat Rambu Solo. Namun, apa yang membuat upacara adat ini terkesan seperti itu?
Bagi orang awam, ritual pemakaman khas Tana Toraja ini terkesan boros dan membuang-buang uang. Padahal, ada banyak fakta menarik di balik berlangsungnya upacara adat ini. Nah, untuk mengetahui lebih lengkapnya, kamu bisa menyimak ulasan tentang ritual Rambu Solo berikut ini!
Status Keluarga Dinilai dari Banyaknya Kurban
Budaya dan tradisi lokal masih sangat kental dan terjaga di Tana Toraja. Penduduk lokal yang bermukim di wilayah ini memang terkenal sangat taat menjalankan adat istiadat yang berlaku. Itu sebabnya, ritual pemakaman masih berjalan hingga sekarang.
Menariknya, ritual pemakaman yang ada di wilayah ini justru berlangsung seperti sedang mengadakan pesta besar. Setiap kali ada anggota keluarga yang meninggal, maka keluarga besar wajib memberikan kurban sebanyak-banyaknya.
Praktek ritual semacam ini bisa menentukan status dan latar belakang keluarga orang yang sudah meninggal. Artinya, status sosial dan ekonomi dari keluarga orang yang meninggal bisa terukur dari jumlah kurban yang kamu sembelih.
Mengenal 6 Tradisi Adat Dan Kebudayaan Batak
Jika keluarganya berasal dari status ekonomi yang kaya, maka sumbangan jumlah kurbannya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika status keluarganya berasal dari latar belakang miskin, biasanya jumlah korbannya cuma seekor kambing.
Biaya Pemakaman Upacara Adat Rambu Solo yang Mahal
Ritual sakral dari warga Sulawesi Selatan ini bernama upacara adat Rambu Solo. Ritual upacara ini biasanya berlangsung setiap kali ada orang yang meninggal.
Uniknya, prosesi pemakaman menggunakan adat Tana Toraja ini dirayakan secara besar-besaran. Saking meriahnya ritual pemakan ini justru berpeluang besar berubah menjadi ajang pamer-pameran harta. Oleh sebab itu, nggak heran kalau biaya yang kamu butuhkan untuk pemakaman menjadi sangat mahal.
Ada Tingkatan Upacara Adat Rambu Solo
Ritual upacara Rambu Solo memiliki strata atau tahapan yang sesuai dengan status sosial pihak yang bersangkutan. Nah, ritual pelaksanaan upacara pemakaman ini akan terbagi menjadi beberapa tingkatan.
Pada tingkatan pertama ada ritual pemakaman menggunakan upacara Dissili. Upacara adat ini biasanya untuk memakamkan golongan anak-anak yang masih bayi. Kategori anak-anak yang masih bayi adalah yang belum tumbuh gigi.
Kemudian ada pula upacara Dipasang Bongi. Upacara ini khusus untuk memakamkan golongan rakyat biasa. Dalam ritual pemakaman ini kamu wajib mengorbankan babi dan kerbau sekitar dua sampai empat ekor.
Selanjutnya ada upacara pemakaman Dibatang. Ritual ini biasanya terpakai untuk menyemayamkan orang-orang meninggal dari kalangan menengah. Untuk jumlah korbannya juga mengalami peningkatan, yaitu mulai dari tiga sampai tujuh ekor kambing dan babi.
Terakhir, ada upacara pemakaman Rapasan. Upacara adat yang satu ini merupakan ritual untuk memakamkan orang yang meninggal dari kalangan bangsawan. Upacara Rapasan berlangsung sebanyak dua kali dalam setahun. Makanya, biaya pemakaman babakan jauh lebih mahal daripada ritual pemakaman yang lainnya.
Sarat dengan Nilai-nilai Moral
Ada banyak nilai moral yang bisa kamu ambil selama upacara adat Rambu Solo. Ritual adat ini mengingatkan kamu untuk selalu menghargai dan menghormati sesama, meskipun telah meninggal. Wujud penghormatan ini juga akan menumbuhkan rasa persaudaraan yang erat.
Selama melangsungkan ritual, kamu akan belajar tentang arti gotong-royong. Untuk mengadakan upacara pemakaman semacam ini, biasanya akan dibantu oleh pihak keluarga yang lebih mampu secara ekonomi. Jadi, nggak akan ada pihak yang merasa terbebani saat melangsungkan ritual Rambu Solo.